Baik Tanpa Bijaksana: Tidak Baik!

Tuhan mengajar saya tentang bijaksana terhadap apa yang baik dari pengalaman ini. Setiap kali kami pulang ke tempat asal Sylvia, Kota Lumajang, saya selalu berusaha menyempatkan diri untuk berolahraga. Pada Agustus 2015, saya olahraga lari dari rumah mertua ke Permandian Selokambang (sekitar 8 km).

Selokambang merupakan kolam renang alami yang cukup terkenal di mana airnya berasal dari sumber air alami. Setelah tiba di sana, saya berganti pakaian renang dan berenang sekitar 15-20 menit. Air terasa cukup dingin pada sore itu.

Kolam Selokambang
Permandian Selokambang, Lumajang (Foto waktu masih gemuk)

Dua hari berikutnya, kami pulang ke Batu dan timbul rasa nyeri hebat di bagian paha atas ke pinggang bawah. Saya berpikir mungkin nyeri ini muncul karena kelelahan otot dan akan sembuh dengan sendirinya. Sebelumnya saya sempat beberapa kali cidera ringan, biasanya karena kurang pemanasan dan akan sembuh dalam 2-3 hari. Namun kali ini sungguh berbeda, sakitnya makin menjadi-jadi dan puncaknya saya tidak bisa bangkit dari tempat tidur dan untuk berjalan ke kamar mandi saja harus dibantu istri.

Hari-hari berikutnya saya tidak bisa tidur karena kesakitan dan semua aktifitas terhenti, termasuk berhenti olahraga selama sebulan. Otot saya mengalami trauma karena terlalu dipaksakan.

Olahraga pertama kali setelah cidera sebulan
Olahraga pertama setelah cidera sebulan

Malas berolah raga adalah tidak baik, namun olah raga berlebih/overtraining juga tidak baik. Listen to our body adalah prinsip penting dalam berolahraga agar terhindar dari cidera dan saya mengabaikannya.

Kebenaran kekal: “Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat”. (Roma 16:19)

Pernahkah kita melakukan kebaikan dengan tulus tetapi disalah mengerti oleh orang lain dan justru menciderai kita? Atau kita menerima kebaikan orang lain tetapi akibatnya malah tidak baik bagi kita? Hal itu tentulah menyakitkan. Paulus mendorong agar jemaat di Roma melakukan kebaikan, seperti perbuatan baik (2:7), kasih dalam kebaikan (12:9) bahkan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (12:21). Namun Iblis selalu mencari kesempatan untuk memutarbalikan kebaikan tersebut, apalagi jika tidak dilakukan dalam kebijaksanaan (ay. 19-20).

Maka kita harus bersandar penuh pada Roh Kudus yang adalah Sumber Hikmat & Bijaksana dalam menyikapi dan melakukan apa yang baik. Sebagaimana seorang olahragawan harus selalu listen to his body dalam berolah raga, orang percaya pun harus selalu  listen to The Holy Spirit agar senantiasa bijaksana terhadap apa yang baik.

Melakukan kebaikan atau menerima kebaikan tanpa sikap bijaksana adalah tidak baik

Doa:
Bapa di Sorga, aku menyadari bahwa melakukan apa yang baik tanpa sikap bijaksana dapat berakibat tidak baik. Kiranya Roh-Mu menuntunku agar selalu bijaksana terhadap apa yang baik.

Komentar/pertanyaan: